Melalui lembaran buku “Sanyas Dharma – Mastering the Art and Science of Discipleship”, Anand Krisna mengingatkan hendaknya untuk senantiasa menjaga kejernihan pikiran. Wejangan Beliau ini amat penting bagi perjalan spiritual agar tidak terperosok ke dalam lubang kesulitan dunia, mari sama-sama kita dengarkan wejangan Beliau dalam buku tersebut:

 

Buku “Sanyas Dharma – Mastering the Art and Science of Discipleship” buah karya Anand Krishna

 

“Kejernihan Intelektual” bukan sekedar intelek. Seorang intelektual bisa menjadi penipu ulung. Banyak pula para pembunuh berdarah dingin bergelar yang tidak tersentuh hukum. Mereka pun kaum intelek.

 

Intelektual yang jernih adalah intelektual yang murni, yang tidak pernah bersiasat dan berkonspirasi untuk menjatuhkan orang lain. Kejernihan intelektual seperti itulah yang dimaksud oleh Swami Kriyananda.

 

Para resi selalu mengaitkan kejernihan intelektual dengan pengendalian emosi dan pikiran. Tanpa pengendalian emosi dan pikiran, kejernihan intelektual adalah mustahil. Mereka menerjemahkan kejernihan intelektual sebagai kemampuan untuk memilah antara yang tepat dan tidak tepat; antara yang memuliakan dan yang sekadar menyenangkan; antara shreya yang membawa berkah dan preya yang hanya memuaskan indera.

 

Sebuah Kisah Untuk Bahan Renungan

Dikisahkan Socrates dari Yunani Kuno (469-399 SM) adalah seorang bijak. Pada suatu hari seorang kenalan menghampiri Sang Filsuf Agung tersebut dan berkata, “Socrates, apakah Anda tahu apa yang baru saja saya dengar tentang salah satu siswa Anda?”

“Tunggu sebentar,” jawab Socrates. “Sebelum Anda memberi tahu saya, saya ingin bertanya tentang 3 hal, anggaplah sebagai 3 buah test.”

Socrates melanjutkan. “Sebelum Anda berbicara dengan saya tentang siswa saya, luangkan waktu sejenak untuk menguji apa yang akan Anda katakan. Test pertama adalah Kebenaran. Sudahkah Anda benar-benar yakin bahwa apa yang akan Anda ceritakan kepada saya itu benar?”

Pria itu menjawab, “Tidak, sebenarnya saya baru saja mendengarnya.”

“Baiklah,” kata Socrates. “Jadi Anda tidak benar-benar tahu apakah itu benar atau tidak. Sekarang test kedua, ujian Kebaikan. Apa yang akan Anda ceritakan tentang murid saya sesuatu yang baik?”

Pria itu menjawab, “Tidak, sebaliknya…….. ”

“Jadi,” Socrates melanjutkan, “Anda ingin mengatakan sesuatu yang buruk tentang murid saya meskipun kamu tidak yakin itu benar?” Pria itu mengangkat bahu, sedikit malu.

Socrates melanjutkan, “Anda masih bisa lulus, karena ada test ketiga — filter kegunaan. Apakah yang ingin Anda katakan pada saya tentang murid saya akan berguna bagi saya?”

Pria itu menjawab, “Tidak, tidak juga……. ”

“Yah,” Socrates menyimpulkan, “Jika apa yang ingin Anda katakan pada saya itu belum tentu Benar atau belum tentu Baik dan bahkan Tidak Berguna, mengapa harus mengatakannya pada saya?”

Ini adalah 3 test bagi kita semua: Sudahkah kita berpikir jernih sebelum bertindak?

Test pertama adalah Kebenaran. Sudahkah Anda benar-benar yakin bahwa apa yang akan Anda ceritakan kepada seseorang itu benar?”

Test kedua, ujian Kebaikan. Apa yang akan Anda ceritakan kepada seseorang itu sesuatu yang baik?”

Test ketiga — filter kegunaan. Apakah yang ingin Anda katakan kepada seseorang akan berguna baginya?”