“Kata-kata dapat menyejukkan hati atau membakar hati. Dan, kata-kata, aksara atau akshara-tidak pernah punah. la tidak mengenal kshara atau kepunahan. Setiap kata yang terucap oleh kita akan kembali ke kita. Sebab itu, berhati-hatilah selalu dalam menggunakan kata-kata. Fitnah yang kita lontarkan akan kembali kepada kita. Kebohongan yang kita sebarkan akan kembali pula kepada kita. Kepalsuan yang kita percayai menjadi kepercayaan kita. ABC , Always Be Careful!”
Anand Krisna
Buku “Niti Sastra, Kebijakan Klasik bagi Manusia Indonesia Baru”
Dikisahkan tentang Guru yang sedang mengajar 10 muridnya dan kedatangan seorang Pejabat, tokoh masyarakat desa yang berpengaruh. Sang Guru yang sedang asyik mengajar sehingga tidak menghentikan pelajaran untuk menemui Sang Pejabat.
Sang Pejabat merasa tersinggung, langsung masuk kelas dan berkata, “Apa yang kaulakukan? Mengapa tidak datang menemuiku?”
Sang Guru menjawab, “Saya sedang mengajar anak-anak tentang kebaikan.”
Sang Pejabat berkata dengan ketus, “Kau sedang mengajar kebaikan, apakah kata-kata tentang kebaikan dapat membuat anak-anak menjadi lebih suci?”
Sang Guru menjawab, “Ya tentu saja, selalu saja ada kemungkinan mereka berubah karena kata-kata saya.”
Sang Pejabat berkata, “Saya tidak mempercayainya.”
Sang Guru menjawab, “Bila Tuan tidak dapat mempercayainya, artinya Tuan tidak punya keyakinan. Itulah sebabnya saya tidak dapat menghentikan pengajaran kebaikan terhadap anak-anak.”
Sang Tamu mengajak berdebat bahwa tidak mungkin kata-kata dapat mengubah pikiran seseorang. Sang Guru kemudian berkata kepada murid terkecil, “Muridku, segera pegang leher tamu ini dan menyeretnya keluar dari kelas!”
Sang Pejabat langsung marah, mukanya merah, matanya melotot. Dengan tenang Sang Guru bertanya, “Mengapa Tuan marah? Saya tidak memukul Tuan, tidak mengusir Tuan, saya hanya mengucapkan kata-kata kepada murid saya. Tetapi Tuan berubah karena mendengar kata-kata saya. Terbukti kata-kata dapat mengubah seseorang.”
Melalui lembaran buku “The Wisdom of Sundaland” Anand Krishna menagaskan tentang kata-kata dan kekuatannya tersebut, mari sama-sama kita simak kutipannya:
Akshara, Kata-Kata Adalah Energi Yang Tidak Pernah Punah
Bagi rakyat Nusantara, kata-kata adalah aksara – berasal dari Sansekerta akshara, yang berarti “yang selalu bergetar”. Kata-kata adalah energi, dan energi tidak hilang. Energi dapat berubah bentuk, tetapi tidak hilang.
Kata-kata yang diujarkan dalam berbagai bahasa tak lain tak bukan merupakan bungkus dari suatu makna. Bungkus ini dapat berganti tetapi makna di balik nya tidak. Apakah air disebut water dalam Bahasa Inggris, cai dalam Sunda, banyu dalam Jawa, atau tirtha dalam Bali – maknanya sama.
Oleh karena itu, kata-kata bukan untuk main-mainan. Kata-kata tidak untuk digunakan secara sembarangan. Orang harus mengekspresikannya dengan hati-hati, karena setiap kata yang diujarkan bergetar untuk selamanya. Mereka mewujud dalam panjang gelombang dan frekuensi yang sama selama waktu ada.
Kata-kata dan Getaran
Dengan kata lain, seribu, sepuluh ribu, atau sejuta tahun dari sekarang – seseorang yang bergetar pada panjang gelombang yang sama, atau frekuensi yang sama dengan yang saya ujarkan – dapat tetap mengakses/merasakan setiap kata yang terujar – atau, bisa juga “makna” kata-kata tersebut, dan “nuansa”, “emosi” yang terkandung dalam kata-kata tersebut.
Apa yang terjadi adalah jika saya menggunakan kata “marah” tanpa merasa marah, seseorang yang mengaksesnya sejuta tahun yang akan datang hanya akan mengakses makna kata. Orang itu tidak akan merasakan nuansa kemarahan.
Di sisi lain, jika saya mengujarkan kata “tenang” dengan ekspresi benci, maka nuansa hati tersebut, emosi kebenciannya akan dirasakan. Berat ringannya nuansa yang diekspresikan dapat mengurangi makna kata atau bahkan menghilangkannya sama sekali, sementara nuansanyalah yang tetap dirasakan